MANADO, PROSULUT.com – Slogan-slogan terkait dengan Industri 4.0 atau bahkan 5.0 menjadi konsumsi kalangan akademisi dan praktisi sekarang ini.
“Bersama beberapa peneliti, kami ingin memusatkan kajian kami tentang industri 4.0, apa hakekat dan maknanya khususnya dalam dunia pendidikan tinggi,” ujar Dr. Jeanette Soputan, anggota peneliti kepada PROSULUT.com di Manado, Kamis (5/5/2022).
Dosen Unsrat Manado ini menjelaskan, penelitian ini dituangkan dalam artikel ilmiah yang berjudul Soft skills of higher education in industry 4.0 era using buckley’s fuzzy-ahp, yang diterbitkan International Journal of Analytic Hierarchy Process, volume 14, issue 1, April 2022 dan dapat diunduh melalui laman https://www.ijahp.org/index.php/IJAHP/article/view/943
Istilah Industri 4.0, menurut Soputan, muncul pada tahun 2011. Sejak saat itu, muncul berbagai kajian tentang hal ini. Industri 4.0 telah menciptakan integrasi digital sangat kuat antara manusia, mesin, dan objek lainnya.
Real-time data tersaji secara masif, kekuatan komputasi yang canggih, augmented reality, analisis big data, internet of things, robot yang mandiri, cloud computing, dan masih banyak teknologi lain yang tersaji secara cepat dan berdampak pada perubahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan tinggi.
“Transfer pengetahuan tersaji secara online dan mudah diakses. Inovasi di bidang pendidikan tidak terelakan. Pembelajaran jarak jauh menjadi sangat biasa. Perkembangan teknologi lebih cepat dari pada kemampuan dan kesiapan pengajaran lembaga pendidikan tinggi,” papar anggota Pokja 1 (Bidangi Karakter dan Gotong Royong) TP- PKK Manado.
Disebutkan, teknologi ini terus berkembang secara eksponensial dan menciptakan disrupsi di lingkungan kerja serta adanya kebutuhan akan keahlian dan kompetensi baru. “Ada banyak profesi yang dulunya mapan sekarang ini tidak dibutuhkan lagi,” kata Ketua Dewan Pimpinan Cabang Wanita Katolik RI St. Joseph Manado ini.
Penguasaan teknologi menjadi keharusan. Industri dan perusahan mencari karyawan yang memiliki tingkat keahlian berbasis teknologi. Selain hard-skills, keahlian lain yang sangat penting yang harus dimiliki calon karyawan adalah soft-skills.
Penelitian ini, ungkap Soputan, hendak menjawab masalah: soft skills apa yang harus dimiliki dan diajarkan kepada mahasiswa di lembaga pendidikan tinggi ?
Soft skills meliputi keterampilan komunikasi, kemampuan berkolaborasi dengan orang lain, kemampuan memecahkan masalah yang kompleks, kecerdasan emosional, kreativitas, sistem berpikir, pengambilan keputusan, fleksibilitas, dan kerja tim.
Soft skill dapat memprediksi kesuksesan seseorang. Soft skill mengintensifkan kemajuan dan kemampuan kognitif seseorang. “Hasil penelitian kami membuktikan bahwa integritas merupakan faktor yang sangat penting dimiliki oleh para anak didik,” tandasnya.
Integritas didefinisikan sebagai kesesuaian antara kata-kata dan tindakan (conformity between words and action). Kata Latin untuk integritas menunjuk pada keutuhan atau kesatuan (wholeness and unity) dan tidak terbagi-bagi (undivided).
Dalam beberapa kajian ilmiah, integritas dihubungkan dengan ‘integrated-self views’ dimana seseorang menyatukan berbagai bagian menjadi harmonis dan utuh (intact whole). Lawan dari integritas adalah manipulasi yaitu ketidaksesuaian antara kata dan tindakan.
Integritas adalah kunci sukses di Industri 4.0 dan harus dimasukkan ke dalam kurikulum, bahan ajar, sistem pembelajaran, dan proses pendidikan. Integritas berarti berperilaku jujur, adil, dan beretika serta harus menjadi pusat dalam pengembangan kurikulum.
Faktor lain yang harus dikembangkan adalah kemampuan team work. Egoisme sektoral tidak akan efektif di era Industri 4.0. Setiap orang harus bekerja sama untuk mencapai kesusksesan. Namun, keterampilan lain seperti berpikir kritis, kewirausahaan dan komunikasi yang baik harus juga diperhatikan karena kriteria ini turut mendukung keberhasilan lulusan di masa depan.
Studi ini, jelasnya, merekomendasikan bahwa apapun profesi atau pekerjaan yang dilakoni oleh lulusan, faktor integritas, kerjasama tim harus diprioritaskan selama pendidikan. “Integrasi digital dan saling ketergantungan antara manusia, mesin dan benda di era Industri 4.0 membutuhkan pekerja untuk menjadi team-work,” ujar Wakil Ketua 1 Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Bahu ini. (LAF)