Jadi Narasumber POF PMKRI Gorontalo, Sule Bawakan Materi Team Work, Empowerment dan Inovatif

Foto bersama beberapa narasumber dengan sejumlah peserta usai pemaparan materi oleh Talulembang Sule.

GORONTALO, PROSULUT.com – Dewan Pertimbangan (Depertim) Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Gorontalo St. Yohanes Paulus II Talulembang Sule, SH menjadi salah satu narasumber Pekan Orientasi Fungsionaris (POF) PMKRI Gorontalo yang diselenggarakan di sekretariat/margasiswa ormas tersebut, Sabtu – Minggu (21-22/2/2022).

Sule tampil membawakan materi berjudul Team Work, Empowerment dan Inovasi pada Minggu (20/2/2022) yang dipandu Ketua Presidium PMKRI Gorontalo Jujur Marpaung dan diikuti belasan peserta termasuk beberapa Dewan Pimpinan Cabang PMKRI Gorontalo.

Sule menjelaskan, kepemimpinan dan pengambilan Keputusan sangat erat kaitannya. Sebab,  dalam menjelaskan fungsinya sebagai pemimpin diharuskan mempu membuat keputusan dengan baik dan tepat.

“Salah satu gaya kepemimpinan yang relevan dibahas dalam POF ini adalah kepemimpinan tim. Yaitu kepemimpinan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada pengembangan tim yang kuat dan solid dalam mengemban berbagai tugas yang ada dalam organisasi,” ujar Sule.

Kepemimpinan tim, menurut mantan Ketua Presidium PMKRI Cabang Manado St. Thomas Aquinas Manado ini, merupakan gaya kepemimpinan yang diterapkan pada kepengurusan PMKRI yang dikenal dengan istilah kepemimpinan yang kolektif / kolegial yaitu sistem kepemimpinan yang melibatkan para pihak yang berkepentingan dalam mengeluarkan keputusan.

Tim work, sebutnya, adalah sekelompok orang yang bekerja demi meraih sasaran / tujuan organisasi / kelompok. Mereka menikmati pekerjaan itu dan mampu meraih hasil terbaik berkualitas tinggi dari kerjasama mereka itu.

Dijelaskan, ada 10 syarat team work yaitu memiliki tujuan yang jelas, lingkungan kerja yang kondisif, gaya kepemimpinan yang terbuka, rasa memiliki yang tinggi, menghargai keunikan dari setiap anggota, mendorong kreativitas dan inovasi, mampu mengatasi konflik, menjalankan pola kepemimpinan partisipatif, membuat keputusan bersama-sama, tim terus memperbaiki diri dan bersama – sama.

“Kunci keberhasilan dari team work berada di tangan pemimpin,” tandas Sule yang sehari-harinya adalah Kepala Bagian Operasional BIN Gorontalo.

Menurutnya, ada tujuh proses / tahapan pengambilan keputusan yaitu pengenalan masalah, perumusan masalah, pencarian alternatif, pemilihan alternatif, pengambilan keputusan, evaluasi, dan solusi.

Berhubungan dengan empowerment, disebutkan, konsep empowerment (pemberdayaan) dikaitkan dengan adanya dua premise mayor yaitu ‘kegagalan’ dan ‘harapan.’

Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model kepemimpinan dalam menanggulangi masalah manajemen organisasi sedangkan harapan muncul  karena adanya alternatif – alternatif kepemimpinan yang memasukkan nilai – nilai kepemimpinan yang partisipatif.

Perilaku kepemimpinan partisipatif perlu dikembangkan organisasi PMKRI yakni pemimpin yang berkonsultasi dengan anggota (pengurus lainnya) dan menggunakan saran mereka sebelum mengambil suatu keputusan.

“Tujuan organisasi hanya dapat dicapai jika didukung oleh tim kerja yang baik. Metode untuk meningkatkan kinerja yaitu diskriminasi, pemberian harapan, pengembangan dan komunikasi,” ujar alumni Fakultas Hukum Unsrat Manado ini.

Terkait dengan inovasi, dijelaskan, inovasi adalah alat bagi organisasi atau individua dalam menciptakan sumber daya baru untuk meningkatkan kinerja atau menghasilkan suatu produk baru.

Inovasi organisasi adalah sebuah adopsi gagasan atau perilaku baru dalam organisasi seperti produk atau jasa baru, teknologi baru, struktur dan sistem administrasi baru atau perencanaan dan program baru dalam organisasi. Inovasi membutuhkan proses dan waktu untuk mencapai tujuannya.

Ditegaskan, kepemimpinan di PMKRI, tidak boleh bersifat pasif. menunggu, reaktif tapi harus mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan dinamika sosial kemasyarakatan yang terjadi dan secara aktif mengkaji dan mengembangkan inovasi dalam pengembangan manajemen, pola pengkaderan dan strategi perjuangan.

Hal tersebut, tambah Sule, agar PMKRI mampu menghasilkan kader – kader yang disegani, militan dalam membela kepentingan gereja, bangsa dan negara berdasar empat pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.

Keberhasilan mewujudkan visi masa depan pengkaderan PMKRI sangat bergantung dari kepemimpinan ada di tubuh PMKRI. Oleh sebab itu, perlu tingkatkan tim kerja yang solid, kuat, inovatif dan berkinerja.

“Lakukan evaluasi dan perbaikan serta peningkatan kualitas dan kuantitas terhadap berbagai program di tiga bidang yakni kristianitas, intelektualitas dan fraternitas,” pintanya. (elka)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *