MANADO,PROSULUT.com – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Manado, Dr. Deysie Lumowa, M.Pd akhirnya turun tangan untuk menyelesaikan kisruh yang terjadi di lingkungan SMPN 3 Manado.
Masalahnya ada laporan yang disampaikan langsung kepada Walikota Manado, Andrey Angouw oleh oknum tertentu yang bekerjasama dengan orang dalam, terkait pungutan sebesar Rp 150.000, lalu penyebaran kartu kawan internal untuk mendukung tim kesenian SMPN 3 di tingkat masional serta biaya seragam sekolah bagi murid baru.
KADIS Lumowa pun turun lapangan untuk mengklarifikasi laporan tersebut sekaligus memberikan pembinaan kepada guru-guru di lingkungan SMPN 3 Manado.
Kepala Sekolah SMPN 3 Manado, Jenny Etty Pande ketika ditemui Jumat 19 Agustus 2022 di ruang kerjanya usai pertemuan dengan Kadis Lumowa memaparkan, semua laporan yang disampaikan kepada walikota adalah fitnah yang keji. “Saya tidak terima kalau dituduhkan sesuatu yang tidak saya lakukan. Saya siap meladeni sampai ke jalur hukum karena ini menyangkut pencemaran nama baik,” ujar Pande sambil terisak karena merasa difitnah.
Oknum tetsebut sudah bisa kami pastikan namun tunggu saatnya.
mantan Wakepsek SMPN 4 Manado ini menjelaskan, bahwa memang ada kesepakatan bersama ada ucapan terima.kasih kepada mereka yang ditunjuk. Tapi itu sudah berlangsung lama, jauh sebelum ia dipercayakan walikota memimpin SMPN 3 Manado. “Saya tidak terima uang sepeserpun dari itu. Penggunaanya jelas,” ujarnya.
Begitu juga dengan kartu kawan, itu memang ada tetapi hanya kalangan sendiri untuk mendukung tim kesenian yang berjuang di tingkat masional. Dan untuk berharap dari dana BOS tidaklah cukup maka atas usul dari orang tua dalam sebuah musyawarah, dibuatlah kartu kawan. Itupun hanya terbatas diberikan kepada siswa-siswa tertentu terutama peserta sanggar.
“Kami hanya ingin mempertahankan predikat juara nasinal yang diraih selama beberapa kali lomba,” ujarnya.
Dikatakan, dalam persiapan latihan anak anak harus dijamin dengam baik agar mereka bisa konsentrasi latiham. Tidak mungkin hanya dengan air putih.
Begitu juga keberangkatan tim ke tingkat nasional butuh biaya yang besar. Tapi setelah selesai kegitan kami melaporkan pertanggunhjawaban penggunaan uang kepada Dewan Guru secara transparan,” tegas Kepsek yang punya inovasi membangun, SMPN 3.
Sama halnya dengan kegiatan pisah sambut anak-anak yang lulus, semuanya atas permintaan orang tua siswa. Tetapi selesai acara semuanya dilaporkan secara transparan.
Jenny Pande menegaskan pihaknya sejak awal alergy kalau berbicara uang. Makanya kepala sekolah tidak pernah pegang uang, semuanya diserahkan kepada bendahara atau orang yang ditunjuk/panitia.
“Saya tidak pernah pegang uang. Tapi keluar masuk, uang semuanya jelas dan transparan,” tukasnya.(Meldi Sahensolar)