MANADO,PROSULUT.com – Wacana penerapan Full Day bagi SD dan SMP se Kota Manado terus disosialisasikan oleh Kepala Sekolah kepada guru – guru dan orang tua murid. Berbagai tanggapan pun bermunculan, ada yang setuju namun ada juga yang tidak setuju dengan mengemukakan berbagai alaan yang notabene dapat diterima secara logika.
Kepala SD Inpres 03 Paniki Bawah Manado, Maissje Treist Watania telah melakukan sosialisasi kepada para guru dan orang tua murid. Sebab bagaimanapun kebijakan pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaa Kota Manado harus didukung sepenuhnya.
“Kami sebagai kepala sekolah dan guru-guru samngat mendukung penerapan full day untuk anak didik SD dan SMP. Sebab program ini sangat baik untuk peningkatan kualitas anak didik sekaligus pembentukan karakter sejak dini. Makanya kami sudah mengumpulkan orang tua murid untuk sosialisasi,” kata Watania dengan nada serius.
Hanya saja setelah dilakukan sosialisasi, ternyata sebagian besar orang tua murid tidak setuju penerapan full day di sekolah. “Dari 382 orang tua murid, hanya 10 orang yang menyatakan setuju. Sisanya tidak setuju,” kata mantan Kepsek SDN 02 Manado ini dengan nada serius.
Dikatakan Watania, terjadi dinamika yang luar biasa saat sosialisasi dilaksanakan. Antara orang tua murid yang setuju dan tidak setuju saling adu argument.
Bagi orang tua yang setuju memberikan alasan yaitu anak-anak akan lebih aman di lingkungan sekolah karena di rumah banyak bermain. Lagipula di sekolah mereka bisa menimba ilmu serta bisa meningkatkan kemampuan IT serta kegiatan ekstra kurikuler.
Sementara orang tua murid yang tidak setuju memberikan alasan bahwa anak-anak akan kelelahan dalam belajar dan akhirnya tidak fokus lagi pada pelajaran. Lagipula sebagian besar anak didik mengikuti kegiatan kestra kurikuler setelah keluar sekolah.
Ada yang ikut taman pengajian, pondok gembira, kursus-kursus dan kegiatan lainnya.
“Kalau mereka harus pulang lebih lama dari sdekolah, pasti anak didik tidak bisa lagi mengikuti kegiatan yang sangat bermanfaat juga dalam upaya pembentukan krakter,” tukas Watania mengutip beberapa formulir yang dikembalian oleh orang tua murid.
Formulir isian persetujuan atau tidak terhadap wacana fullday ditandatangani diatas meterai Rp 10.000. “Para orang tua sepakay menolak penerapan full day karena banyak hal yang harus disiapkan oleh orang tua,” katanya.
Lebih jauh Watania memaparkan, jika full day diterapkan, maka anak-anak harus membawa makanan lebih, pakaian ganti, dan perlengkapan lainnya. Makanya orang tua harus bikin locer khusus bagi masing-masing untuk menyimpan makanan, pakaian ganti.
Ada juga orang tua yang menyatakan tidak setuju karena fasilitas penunjang tidak tersedia seperti lingkungan sekolah yang sempit, ruang belajar yang terbatas serta fasiliats pendukung lainnya seperti AC pending.
“Ada juga yang meminta pemerintah menyeiapkan dahulu fasilitas penunga serta meningkatkan kesejahteraan guru agar mereka focus untuk membina anak didik. Ruang kelas harus ditambah karena banyak yang sekolah sekolah yang memberlakukan pagi dan siang,” ungkapnya.seperti SDN 03 Inpres Panki Bawah, jumlah murid mencapai 392 siswa yang terdiri dari 14 Rombel. Tetapi ruangan yang tersedia hanya 9 ruang kelas sehingga terpaksa menerapkan sekolah pagi dan siang,” kata Watania memberi alas an. (Meldi Sahensolar)