Orang Tua Siswa SMP Kristen Mapanget Barat Belum Setuju Wacana Fullday

MANADO,PROSULUT.com – Wacana fullday bagi siswa Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama di Kota Manado terus disosialisasikan oleh kepala sekolah kepada para guru, anak didik dan orang tua. Bahkan sejumlah sekolah langsung mengundang orang tua untuk memberikan masukan tentang penambahan jam belajar.

Tanggapan beragam bermunculan dari para guru dan orang tua. Ada yang mendukung namun tidak sedikit yang tidal setuju dengan berbagai alasan yang dikemukakan.

“Saya sudah mengadakan rapat dengan orang tua murid perihal wacana fullday. Namun sebagian besar orang tua belum setuju kalau terjadi penambahan jam belajar di sekolah dengan mengajukan berbagai alas an,” kata Kepala Sekolah SMP Kristen 46 Mapanget Barat, Selmi Rember, S.Pd kepada Prosulut.com, Senin 10 Oktober.

Dikatakan, bagi guru-guru tidak masalah fullday karena para guru memang terikat kontrak untuk mengajar sesuai jam yang ditentukan. Namun bagi siswa dan orang tua, sebagian besar keberatan dengan wacana tersebut.

Rember memberi alasan, jika terjadi penambahan jam belajar berarti anak didik akan lebih sore lagi. Sementara sebagian besar siswa di SMP Kristen 46 mengikuti program PPA yang dipusatan di gereja. Belum lagi dengan kegiatan ekstra kurikuler untuk pembentukan larakter anak didik.

“Karena keterbatasan fasilitas di SMP Kristen Mapanget Barat maka kegiatan ekstra kurikuler dilakukan di luar sekoah, sehingga jika fullday dipaksakan akan berdampak juga pada anak didik,” ujar Rember mengingatkan.

Menurutnya, kondisi SMP Kristen Mapanget Barat belum memungkinkan untuk penambahan jam belajar bagi siswa karena keterbatasan ruangan. “Sekarang ini saja mereka berdesak-desakan di dalam ruangan dan kalau sudah bosan mereka mulai rebut dalam kelas. ada yang sudah mengganggu teman lainnya. Makanya kalau jam belajar ditambah lagi maka anak didik akan makin gerah,” ujar Rember sembar melempar senyum khasnya.

Begitu juga dengan SMP Kristren Baitani Lapangan, kurang setuju dengan wacana fullday bagi siswa SMP dan SD. “Disini baik-baik saja, tidak ada gangguan yang berarti. Namun untuk wacana fullday, orang tua Nampak keberatan,” ujar Kepsek Ginsa Ngangi.

Dikatakan, SMP Kristen Baitani memang sekolah siang karena bergantian dengan siswa Sekolah Dasar. Jadi, SD masuk pagi dan SMP masuk siang. “Kalau fullday diterapkan, jam berapa anak didik pulang rumah,” ungkapnya.

Saat ini SMP Kristen Baitani mengoleksi 92 siswa yang tercatat dalam Dapodik.

Sementarav SMP Kristen 46 Mapanget Barat memiliki 140an siswa. “Kami melaksanakan ANBK secara mandiri karena memiliki fasilitas pendukung yang memadai. Ada bantuan Kementrian berupa 15 laptop dan sudah digunakan. (meldis/jet)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *