Rusmin Sigar Batasi Siswa Baru Hanya Dua Rombel, SDN Pandu Gelar MPLS 10 Hari
MANADO. PROSULUT, com- Kepala Sekolah Dasar Negeri Pandu Rusmin Sigar mengaku kewalahan menghadapi kegiatan MPLS bagi siswa baru kelas satu.
Masalahnya mereka berada pada transisi TK / Paud yang lebih banyak bermain menuju jenjang SD yang mulai tahap proses belajar mengajar.
Tak heran kalau durasi MPLS atau biasa disebut MOS berlangsung selama 10 hari, karena mereka perlu diantar secara perlahan tapi pasti pada suasana belajar.
Kepala SDN Pandu Rusmin Sigar ketika ditemui Selasa 11 Juli 2023 di sela-sela kesibukannya malaksanakan MPLS mengatakan, ia bersama beberapa guru secara bergantian memberikan materi pengenalan lingkungan sekolah. Bahkan sampai guru guru kehabisan lagu untuk dinyanyikan.bagi anak.anak. “Kalau hanya sendiri menghadapi pasti kewalahan karena ada murid yang tidak mau masuk kelas dan hanya bermain di luar. “Kami hanya berikan kesempatan dua hari kepada orang tua untuk menjaga anaknya. Hari ketiga biarlah anak anak ditangani oleh guru guru,” ujar Sigar meyakinkan.

Dikatakan, untuk program MPLS lebih ditekankan pada enam fondasi dasar transisi PAUD ke SD. Yaitu agama, budi pekerti, kematangan emosilnal, ketrampilan sosial, memaknai belajar, ketrampilan motorik dan kematangan kognitif.
Selama MPLS, anak didik di berikan pengenalan tentang lingkungan sekolah seperti guru guru, kepala sekolah, ruang kelas, toilet pria dan wanita, ruang UKS dan fasilitas lainnya.
Selain itu juga diperkenalkan tentang tata tertib sekolah dan kelas, cara masuk ruang kelas, program sekolah dan visi misi sekolah.
Lebih jauh Rusmin Sigar memaparkan, pihaknya hanya membatasi dua Rombel sesuai dengan fasilitas penunjang KBM.
“Siswa yang ikut MPLS 54 orang dan maksimal akan menampung hingga 56 anak didik.
“Banyak yang datang tetapi kami arahkan ke sekolah lain saja. Sebab di Pandu ada enam SD, dua diantaranya swasta,” katanya seraya menambahkan, ada empat guru bergantian menghadapi anak anak termasuk kepala sekolah.
Sigar mengakui, populasi anak usia sekolah di Pandu dan sekitarnya memang cukup tinggi karena banyak pasangan suami istri muda yang masih produktif. “Kalau di kampung Pandu sendiri sudah kurang, tetapi karena banyak perumahan maka orang mencari rumah di pinggiran dan umumnya pasangan usia muda,” pungkas Rusmin lagi. (Meldi S)