MANADO,PROSULUT.Com – Kegiatan studi banding sejumlah kepala sekolah SD dan SMP Bersama Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kota Manado, Dr Deisy Lumowa,Mpd di Kota Surabaya, Malang dan Jogjakarta telah selesai. Tujuan study banding untuk mempelajari atau melihat dari dekat beberapa sekolah yang sudah menerapkan Full Day School (FDS) untuk kemudian diterapkan di Manado sesuai program Walikota Manado Andrey Angouw dan wawali Richard Sualang.
Kepala SD Inpres Malalayang, Altje Lumentah ketika ditemui Prosulut.com sekembalinya dari study banding memaparkan, apa yang dilakukan oleh sekolah di Malang, Surabaya dan Jogjakarta sebenarnya sudah tidak jauh berbeda. Bahkan bagi SD Inpres Malalayang sudah dilaksanakan meskipun dalam kapasitas yang berbeda.
“Sebenarnya torang so bekeng di SD Inpres Malalayang Manado. Hanya dalam suasana yang berbeda. Jujur saja banyak hal yang perlu kami belajar dari mereka terutama soal disiplin, pembentukan karakter anak didik serta kegiatan ekstra kurikuler lainnya,” kata Lumentah ketika ditemui di ruang kerjanya.
Menurutnya, penerapan FDS di Surabaya, Malang dan Jogjakarta tidak harus menambah jam belajar hingga harus pulang jam 16,00 wta. Tetapi justru setelah jam pelajaran selesai dilanjutkan dengan kegiatan ekstra kurikuler seperti olah raga, kesenian, fashion dan kegiatan lainnya sesuai dengan bakat dan talenta dari anak didik.
“Kita memberikan kegiatan ekstra kurikuler kepada anak didik disesuaikan dengan bakat yang dimiliki. Kalau siswa bakat menyanyi makai a akan ikut kegiatan tersebut. Juga kalau punya bakat olahraga, akan diberikan sesuai bakatnya,” kata Kepsek energik yang sukses menerapkan disiplin di sekolah yang dipimpinnya.
Soal waktu tergantung anak didik karena terkadang mereka sudah asyik dengan kegiatan ekstra kurikuler lupa untuk pulang ke rumah. Namun untuk FDS hanya berlangsung hingga jam 15.00 wita.
“Guru guru memang setiap hari pulang jam 15.00 sehingga apabila FDS diterapkan tidak akan mempengaruhi bagi guru guru,” tukasnya.
Dikatakan, untuk memgisi kegiatan ekstra kurikuler, mereka membuat projeck2 seperti daur ulang sampah, membuat kue (tata boga) sirup buatan sendiri atau kegiatan bermanfaat lainnya. Dengan demikian memberikan pelajaran kepada anak didik untuk memiliki ketrampilan agar nantinya mereka bisa mandiri atau Berdikari.
“Mereka tampilkan semua projeck yang mereka hasilkan. Jadi FDS bukan menambah jam belajar tetapi justru memberikan kesempatan kepada anak didik untuk memgembangkan bakatnya,” kata Lumentah.
Di SD Inpres Malalayang, kini memiliki tim tarian maengket untuk mengangkat budaya Lokal. “Kami akan buat kegiatan yang bisa menambah wawasan dan ketrampilan anak didik. Mereka juga akan diajarkan bagaimana menghormati orang lain, besikap sopan dan selalu memberi hormat. Ini pembentukan karakter dengan mengajarkan budi pekerti agar anak didik tidak hanya pinter tetapi berkarakter baik,” ungkapnya. (meldi sahensolar)