MANADO, PROSULUT.com – Sekolah Dasar (SD) Negeri 115 Manado mencanangkan Progran Penggunaan Tabler bagi Peserta Didik di kompleks sekolah, Selasa (18/1/2022).
Tujuan program ini, jelas Kepala SD Negeri 115 Manado Altje Walukouw kepada PROSULUT.com di sela kegiatan, adalah untuk mendukung program pengurangan sampah pastik di Sulawesi Utara, Kota Manado serta di Lingkungan sekolah, rumah dan masyarakat.
Terlihat, semua guru dan siswa (peserta didik) sangat kompak serta tercipta situasi yang nyaman, indah dan menyenangkan. Ada juga orangtua siswa yang menyaksikan sekaligus mendukung program ini.
Peserta didik yang membawa tabler mencapai 90 persen dari jumlah siswa keseluruhannya 114 orang. Siswa yang hadir berjumlah 93 orang sedang guru 10 orang,
Walukouw menambahkan, program ini juga merupakan program Sekolah Penggerak untuk penanaman nilai-nilai profil pelajar Pancasila dan nilai karakter sejak dini kepada peserta didik dan juga guru-guru dan orangtua siswa.
Disebutkan, pencanangan program sekolah penggerak tahun 2022 tentang penggunaan tabler untuk menunjang program pemerintah pengurangan sampah plastik, pencegahan penyakit deman berdarah dan menciptakan lingkungan yang asri dan bebas dari banjir.
Program Sekolah Penggerak adalah upaya untuk mewujudkan visi pendidikan Indonesia dalam mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila.
Program Sekolah Penggerak merupakan penyempurnaan program transformasi sekolah sebelumnya.
“Perubahan kebijakan reformasi pendidikan di Indonesia tak bisa sukses tanpa ada perubahan di dalam sekolah,” ujar Walukouw.
Perubahan di sekolah, menurutnya, bisa dimulai dari sekolah-sekolah penggerak yang bisa menjadi contoh dalam kegiatan pembelajaran.
“Saya mau kenalkan satu konsep sekolah penggerak. Sekolah penggerak adalah sekolah yang dapat menggerakkan sekolah-sekolah lain,” ujarnya.
Sekolah penggerak bisa menjadi panutan, tempat pelatihan, dan juga inspirasi bagi guru-guru dan kepala sekolah lainnya dengan berpartisipasi di dalam budaya literasi ataupun hal-hal lainnya. “Itu adalah kuncinya sekolah penggerak,” tandasnya. (jet)