PROSULUT.COM, MANADO – Kepala Sekolah Dasar (SD) Negeri 88 Manado, Nancy Eveline Pesik SPd, mengaku kesulitan mencari pengganti guru mata pelajaran olahraga, menjelang berakhirnya masa dinas guru bidang studi tersebut akhir tahun ini.
Dikatakan Nancy, sulitnya mendapatkan pengganti guru olahraga disebabkan berbelitnya persyaratan untuk mendapatkan sertifikasi. Imbasnya, banyak pendidik akhirnya berpindah status menjadi guru kelas.
“Memang banyak guru jurusan olahraga. Namun setelah ditelusuri ternyata berubah status menjadi guru kelas, sehingga tidak mungkin untuk bekerja ganda, menjadi guru kelas sekaligus guru olahraga,” jelas Nancy kepada Prosulut.com, Jumat (03/11/2023).
Dasar itulah Nancy pun bermohon kepada kementerian pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi (Kemendikbud-Ristek) untuk memberikan kemudahaan syarat sertifikasi, sehingga krisis guru olahraga dapat secepatnya teratasi.
Lebih jauh Nancy mengatakan, peran guru olahraga tidak dapat disamakan dengan pendidik lain karena bersifat spesifikasi. Artinya kata Nancy, untuk mata pelajaran olahraga lebih didominasi praktek ketimbang teori.
Apalagi dengan kelompok peserta didik yang mencapai 12 rombongan belajar atau rombel, diperlukan sedikitnya tenaga pendidik minimal dua guru mata pelajaran olahraga.
“Khusus bidang studi olahraga diperlukan tenaga pendidik yang benar – benar mengerti di bidangnya. Namun untuk masalah ini, saya kembalikan ke pemerintah untuk diputuskan,” katanya.
Pada kesempatan itu, Nancy juga menyinggung soal belum adanya pagar pembatas karena cukup mengganggu keamanan dan kenyamanan sekolah, baik selama Kegiatan Belajar Mengajar (KMB) berlangsung atau pun seusai berakhirnya KMB.
Untuk fasilitas tersebut menurut Nancy, kebutuhannya sangat mendesak karena kerap dijadikan beberapa oknum warga sebagai tempat bermain atau kegiatan lainnya tanpa sepengetahuan pihak sekolah.
“Sebagai imbasnya ada beberapa pintu ruang kelas yang dirusak anak kuncinya, termasuk ruangan perpustakaan. Kami kuatir jika kejadian ini terus berlanjut dapat mengganggu proses KBM,” kata Nancy.
Sebagai langkah antisipasi, Nancy mengaku telah berkoordinasi dengan komite sekolah dan orang tua siswa untuk mengatasi masalah tersebut dengan membuat pagar darurat dari bambu, sembari menunggu bantuan dari pemerintah. (jeting)