8 Uskup Pimpin Misa Syukur Puncak Yubelium 200 Tahun Kongregasi SJMJ

TOMOHON, PROSULUT.com – Sebanyak 8 Uskup dari beberapa Keuskupan di Indonesia memimpin Misa Syukur Puncak Perayaan Yubelium Kongregasi Suster-suster Jesus Maria Joseph (SJMJ) di Gereja Paroki Hati Kudus Yesus (HKY) Tomohon, Jumat (29/7/2022).

Kedelapan uskup tersebut adalah Uskup Manado Mgr. Benedictus Estephanus Rolly Untu, Uskup Agung Merauke Mgr. Petrus Canisius Mandagi, Uskup Agung Samarinda Mgr. Yustinus Harjosusanto, Uskup Samarinda Mgr. Petrus Boddeng Timang, Uskup Padang Vitus Rubianto Solichin, Uskup Amboina Mgr. Seno Ngutra, Uskup Purwokerto Mgr. Christophorus Tri Harsono, dan Uskup Emeritus Manado Mgr. Josephus ‘Yos’ Suwatan. Turut mendampingi Frater Diakon Dedianus Pati Pr.

Mgr. Rolly menjadi selebran utama sementara uskup-uskup lainnya menjadi selebran. Kotbah dibawakan Mgr. Mandagi.

Sekitar 70 pastor termasuk Pastor Paroki HKY Tomohon Vecky Singal serta Vikjen Keuskupan Agung Makassar Pastor Joni Payuk, Vikjen Keuskupan Larantuka Pastor Gabriel Unto Dasilva, dan Vikjen Keuskupan Jayapura Pastor Barnabas Daryana mengikuti misa mulia ini.

Ratusan suster Kongregasi SJMJ dari Provinsi-provinsi dan suster dari tarekat lain, serta undangan lain dalam jumlah terbatas mengikuti misa secara langsung. Ada pula umat yang mengikuti misa secara live streeming.

Mgr. Mandagi dalam kotbahnya mengurai bagaimana perjalanan sejarah suster-suster yang tergabung dalam Kongregasi SJMJ di dunia. Ada banyak suka-duka yang dialami. Ada banyak tantangan yang dilalui. Tapi, semua itu bisa dilalui hingga kongregasi ini bisa merayakan 200 tahun berdirinya di dunia.

Karya kerasulan Kongregasi SJMJ seperti di bidang pendidikan, menurut Mgr. Mandagi telah membuahkan hasil. Banyak buah-buah karya suster-suster JMJ telah dirasakan. “Banyak hasil-hasil karya suster-suster JMJ bisa kita lihat ada di mana-mana, dan dirasakan,” ujarnya.

Bacaan injil dalam misa yang diambil dari Lukas 4 : 16-21, yang antara lain menyebutkan Roh Tuhan ada padaKu, sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan bahwa tahun rahnat Tuhan telah datang, sebut Mgr. Mandagi, adalah panggilan Tuhan, panggilan dan perutusan Gereja.

“Dan, sekaligus panggilan suster-suster JMJ. Luar biasa, panggilan dan perutusan Yesus yang diteruskan suster-suster JMJ, ” ujar Mgr. Mandagi seraya mengungkapkan bahwa ia termasuk salah satu yang merasakannya karena orangtuanya pernah merasakan pembinaan dari suster-suster JMJ, dulu.

Para suster-suster JMJ juga, menurut uskup kelahiran Tanah Minahasa ini, telah mewujudkan harapan dari Pater Mathias Wolff SJ (pendiri Kongregasi SJMJ) dan sejalan dengan pesan Sri Paus tentang hal yang sama, yakni belas kasih.

Dikemukakan, para suster telah melaksanakan belas kasih itu bukan hanya dengan kata-kata saja, hanya banyak bicara tanpa hasil, tetapi para suster telah melaksanakan itu secara nyata baik lewat pendidikan, kesehatan maupun karya sosial lainnya.

“Mereka mewujudkan karya-karya pendidikan, karya-karya sosial, kesehatan dan karya-karya pastoral lainnya seperti apa yang dikatakan dan dilaksanakan Yesus Kristus. Kita boleh bangga karena ada orang seperti para suster ini yang siap sedia melaksanakan panggilan dan perutusan Tuhan itu di dunia ini, ” tamdasnya.

Sebelum misa syukur, para uskup dijemput para suster Kongregasi SJMJ termasuk Dewan Pimpinan Umum (Sr. Theresia Supriyati, Sr. Francinetti Manua, Sr. Jeannette Runtu dan Sr. Monika Kalangi), dan sejumlah Dewan Pimpinan Provinsi termasuk Pemimpin Umum Provinsi Manado Sr. Justien Tiwow, yang dikoordiner Sr. Rita Manuel diterima di kompleks bundaran Patung Tololiu.

Dari situ, para uskup dan juga Wakil Walikota Tomohon Wenny Lumentut diantar berarak bersama para suster menuju pastoran/gereja paroki untuk pelaksanaan misa. Di depan perarakan ada drum band dan pasukan cakalele.

Terlihat, para uskup ternasuk Mgr. Rolly tak segan menyapa lewat lambaian tangan kepada warga/umat yang ada di sepanjang jalan perarakan.

Usai misa diadakan ramah tamah (di samping gereja) yang diwarnai pementasan teatrikal Sejarah Perjalanan Kongregasi SJMJ di Dunia (yang ditulis Sr. Monika Kalangi, Ketua Panitia Pelaksana Yubelium 200 Tahun Konggregasi SJMJ), penandatangan prasasti antara lain oleh para uskup, Kadis Perindag Sulut Edwin Kindangen (mewakili Guberur Sulut), Walikota Tomohon Carol Senduk, Wawali Tomohon Wenny Lumentut dan Pimpinan Kongregas.

Saat ramah tamah, ada pula acara pemasangan lilin oleh DPU Kongregasi SJMJ dan pemotongan kue peringatan, laporan panitia pelaksana dan sambutan dari Pemimpin Umum Sr. Theresia Supriyati, Uskup Manado, Gubernur Sulut yang diwakili Kadis Perindag Sulut dan Walikota Tomohon, serta diakhiri makan malam bersama.

Dalam sambutannya, selain menjelaskan makna di balik penjemputan para uskup di bundaran Patung Tololiu, Sr. Theresia menjelaskan pula pengalaman singkat kehadiran kongregasi yang kini dipimpinnya serta harapan sesudah 200 tahun perjalanan kongregasi yang didirikan Pater Mathias Wolff pada 29 Juli 1823 di Belanda ini.

“Dari seluruh perjalanan ini (kongregasi-Red), hari ini, kami boleh mengatakan dengan rendah hati di hadapan hadirin sekalian bahwa kongregasi kami tidak berjalan sendirian. Tuhan telah menuntun, mendampingi, menguatkan kami sehingga kami masih ada sampai hari ini. Tuhan tidak pernah mengingkari janjiNya bagi siapa saja yang setia kepadaNya,” ujar Pemimpin Umum Kongregasi SJMJ periode 2005-2017 dan 2018-2024 ini.

“Proficiat !” Demikian satu kata singkat tapi mengandung makna dukungan yang disampaikan Mgr. Rolly di awal sambutannya.

Ada lima hal terkait ucapan proficiat dari Uskup Manado tersebut. Pertama, proficiat untuk penghayatan akan spiritualitas dan pastoral inkarnatoris : ‘Firman itu telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita.’ SJMJ hadir di dunia untuk ambil bagian dalam spiritualitas dan pastoral inkarnatoris itu. “Proficiat karena sudah berkembang dengan sedemikian subur sehingga telah membentuk 3 provinsi di Indonesia,” ujar Mgr. Rolly.

Kedua, proficiat sudah menjadi ibu bagi banyak anak di sekolah-sekolah. Para suster telah menjadi ‘ibu guru’ berbudi pekerti yang luhur untuk menghasilkan lulusan yang berkarakter. SJMJ telah berkontribusi sangat signifikan dalam mencerdaskan anak-anak bangsa.

Ketiga, proficiat telah menjadi injil kehidupan bagi begitu banyak pasien di rumah sakit, di klinik bahkan di mana- mana. Keempat, proficiat sudah menjadi saudara kami dalam karya misi gereja.

Kelima, proficiat untuk perayaan 200 tahun ini. “Kita percaya bahwa usia 200 tahun SJMJ adalah usia masih muda karena kita percaya akan perjalanan panjang SJMJ ke depan yang masih jauh lebih panjang dari 200 tahun yang telah kita lewati ini,” ujar uskup yang salah satu adiknya suster dari suatu tarekat religius.

Gubernur Sulut Olly Dondokambey dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Kadis Perindag Sulut Edwin Kindangen menyampaikan proficiat atas perayaan 200 tahun berdirinya Kongregasi SJMJ, sekaligus mengharapkan kiranya momentum ini akan mampu memperkokoh komitmen umat Katolik, khususnya para Pekerja Gereja untuk tetap konsisten dalam peran serta terus meningkatkan kesaksian dan pelayanan dalam kehidupan bergereja, dalam keseharian kehidupan sebagai warga masyarakat.

Dikemukakan, ungkapan syukur merupakan bentuk aktualisasi nyata dari rasa terima kasih atas segala berkat dan anugerah yang senantiasa dilimpahkan Tuhan kepada setiap pribadi manusia.

Gubernur berharap, hendaknya perayaan ini dapat dimaknai, untuk bagaimana ke depan bisa mampu dalam menjalankan peran masing-masing, dan menjadikan semua umat senantiasa bertumbuh dewasa di dalam iman.

“Momentum yubelium 200 tahun ini sebagai suatu bukti kepercayaan dari Tuhan untuk menyelesaikan misi dalam mempersiapkan jalan keselamatan bagi segenap umat,” sebut gubernur. (LAF)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment