Mendikdasmen Abdul Mu’ti: Kepala Sekolah Dipilih Tidak Lagi Dari Guru Penggerak

JAKARTA – Omjay menonton video reel bapak Abdul Mu’ti, Mendikdasmen di facebook. Beliau mengatakan bahwa kepala sekolah dipilih tidak lagi dari guru penggerak. Guru yang belum menjadi guru penggerak dapat menjadi kepala sekolah. Ini terobosan baru yang luar biasa. Videonya dapat anda tonton di link facebook yang ada di bawah ini, demikian dikutip dari Melintas.id, 23/11/2024.

Ada beberapa point penting yang nampaknya kepala sekolah tidak lagi diangkat dari lulusan guru penggerak. Kepala sekolah tidak lagi harus berasal dari guru penggerak karena beberapa alasan:

  1. Diverse Background (Guru berasal dari beragam pengalaman):

Kepemimpinan pendidikan memerlukan berbagai keterampilan dan pengalaman, yang tidak selalu harus berasal dari latar belakang pengajaran. Kepala sekolah perlu memiliki kemampuan manajerial, komunikasi, dan visi strategis yang mungkin tidak sepenuhnya didapatkan hanya melalui program guru penggerak.

  1. Pengembangan Kepemimpinan:

Program pengembangan kepemimpinan kini lebih inklusif, memungkinkan individu dengan berbagai latar belakang untuk menjadi kepala sekolah. Ini membuka peluang bagi mereka yang memiliki pengalaman di bidang lain, seperti administrasi pendidikan atau kebijakan publik, untuk membawa perspektif baru.

  1. Fokus pada Kualitas Pendidikan:

Tugas kepala sekolah lebih luas daripada sekadar pengajaran. Mereka juga bertanggung jawab untuk pengelolaan sekolah, pengembangan kurikulum, dan peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemilihan kepala sekolah dapat mempertimbangkan faktor-faktor ini daripada hanya berdasarkan status sebagai guru penggerak.

  1. Inovasi dan Perubahan:

Dengan tidak membatasi kepala sekolah pada guru penggerak, sistem pendidikan dapat lebih fleksibel dan adaptif terhadap perubahan dan inovasi. Ini bisa mendorong pendekatan baru dalam manajemen sekolah dan peningkatan mutu pendidikan.

  1. Kepemimpinan Kolektif:

Dalam banyak kasus, kepemimpinan di sekolah dapat bersifat kolektif, di mana kepala sekolah bekerja sama dengan tim guru dan staf lainnya, termasuk guru penggerak, untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik.

Dengan demikian, meskipun guru penggerak memiliki peran penting dalam pengembangan pendidikan, kepala sekolah dapat berasal dari berbagai latar belakang untuk memastikan kepemimpinan yang efektif dan inovatif di sekolah.

Guru Penggerak Bukan Lagi Syarat Mutlak Menjadi Kepala Sekolah, Kata Mendikdasmen Abdul Mu’ti dengan tegas.
https://www.facebook.com/reel/1280385152997847

Jika kepala sekolah bukan berasal dari guru penggerak, beberapa konsekuensi yang mungkin terjadi meliputi:

  1. Pendekatan Beragam dalam Kepemimpinan:

Kepala sekolah dengan latar belakang yang berbeda dapat membawa perspektif baru dan pendekatan inovatif dalam manajemen sekolah, yang mungkin tidak dipertimbangkan oleh kepala sekolah yang juga merupakan guru penggerak.

  1. Keterampilan Manajerial yang Kuat:

Kepala sekolah yang memiliki pengalaman di bidang manajerial atau administrasi pendidikan mungkin lebih terampil dalam mengelola sumber daya, anggaran, dan kebijakan sekolah, yang penting untuk efisiensi operasional.

  1. Keterbatasan Pemahaman Kurikulum:

Tanpa pengalaman sebagai guru penggerak, kepala sekolah mungkin kurang memahami tantangan yang dihadapi guru di kelas, yang dapat menghambat dukungan mereka terhadap pengembangan profesional guru dan implementasi kurikulum.

  1. Dukungan untuk Inovasi:

Kepala sekolah yang tidak terikat pada program tertentu mungkin lebih terbuka untuk mencoba pendekatan baru atau metode pengajaran yang berbeda, yang dapat menguntungkan sekolah dalam hal inovasi.

  1. Kolaborasi dengan Guru Penggerak:

Kepala sekolah yang bukan guru penggerak mungkin perlu lebih mengandalkan guru penggerak dalam pengembangan program dan inisiatif pendidikan, menjadikan kerja sama dan kolaborasi di antara staf pengajar sangat penting.

  1. Peningkatan Kesadaran terhadap Kebutuhan Siswa:

Dengan latar belakang yang berbeda, kepala sekolah mungkin lebih fokus pada aspek-aspek lain dari pendidikan, seperti pengembangan sosial dan emosional siswa, serta keterlibatan orang tua dan komunitas.

  1. Tantangan dalam Implementasi Program:

Tanpa pemahaman mendalam tentang praktik terbaik dalam pengajaran dan pembelajaran, kepala sekolah mungkin menghadapi kesulitan dalam menerapkan program-program yang dirancang untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Secara keseluruhan, kepala sekolah yang bukan berasal dari guru penggerak bisa membawa tantangan dan peluang. Kunci keberhasilan terletak pada kemampuan mereka untuk berkolaborasi dengan guru dan staf, serta keterbukaan untuk belajar dan beradaptasi dengan kebutuhan sekolah dan siswanya.
Kepala sekolah yang bekerja dengan guru yang sudah menjadi guru penggerak harus menghadapi beberapa tantangan dan peluang, antara lain:
Tantangan:
Perbedaan Pendapat: Guru penggerak mungkin memiliki ide dan metode yang berbeda dalam mengajar dan mengelola kelas. Kepala sekolah perlu menghadapi perbedaan ini dengan keterbukaan dan dialog konstruktif.
Harapan yang Tinggi: Guru penggerak biasanya memiliki ekspektasi tinggi terhadap diri sendiri dan rekan-rekannya. Kepala sekolah harus mampu memenuhi harapan tersebut dan memberikan dukungan yang diperlukan.
Kepemimpinan yang Berbasis Kolaborasi: Guru penggerak sering kali memiliki pengalaman dalam kepemimpinan. Kepala sekolah perlu menciptakan lingkungan yang mendukung kolaborasi dan berbagi kepemimpinan, yang bisa menjadi tantangan jika ada ketidakseimbangan kekuasaan.
Implementasi Program yang Berbeda: Guru penggerak mungkin memiliki ide inovatif yang perlu diintegrasikan ke dalam kebijakan dan praktik sekolah. Kepala sekolah harus menyeimbangkan antara inovasi dan kebijakan yang ada.
Perubahan Mindset: Jika kepala sekolah tidak berasal dari latar belakang penggerak, mungkin ada kebutuhan untuk mengubah pola pikir dalam mendukung inisiatif guru penggerak.
Peluang:
Inovasi dalam Pembelajaran: Guru penggerak membawa metode pengajaran yang inovatif dan dapat membantu kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
Pengembangan Profesional: Kerjasama dengan guru penggerak dapat memberikan kesempatan bagi kepala sekolah untuk belajar dan berkembang dalam kepemimpinan pendidikan.
Membangun Budaya Sekolah yang Positif: Dengan dukungan guru penggerak, kepala sekolah dapat menciptakan budaya sekolah yang lebih inklusif dan kolaboratif, di mana semua guru merasa dihargai dan didengarkan.
Peningkatan Kualitas Pendidikan: Guru penggerak dapat membantu kepala sekolah dalam merumuskan dan melaksanakan program-program pendidikan yang efektif, meningkatkan hasil belajar siswa.
Dukungan dalam Implementasi Kurikulum: Guru penggerak dapat memberikan wawasan dan pengalaman praktis dalam mengimplementasikan kurikulum yang lebih baik, membantu kepala sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan.
Kesimpulan:
Kepala sekolah yang bekerja dengan guru penggerak harus siap untuk menghadapi tantangan dengan sikap terbuka dan kolaboratif. Memanfaatkan potensi yang ada dari guru penggerak dapat membawa banyak manfaat bagi sekolah, terutama dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik bagi siswa.
Mejadi guru penggerak adalah pilihan. Guru yang lolos seleksi dapat mengikuti pendidikan guru penggerak selama 6 bulan. Akankah program guru penggerak dipertahankan? Mari kita saksikan episode berikutnya dari mendikdasmen Abdul Mu’ti.(m.id/*)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *