Siswa SD Inpres Kaiwatu Ciptakan Projeck, Saerang Terapkan Disiplin Ketat  

Kepala SD Inpres Kaiwatu Refly Saerang menuntun peserta didik untuk slalu disiplin baik di jalan maupun di sekolah.

MANADO, Prosulut.Com – Menjadi sekolah penggerak bukanlah hal yang mudah karena harus memenuhi berbagai persyaratan yang cukup berat, namun ini bukanlah beban tetapi menjadi tantangan tersendiri dalam upaya memajukan dunia pendidikan.

“Bagi kami menjadi sekolah pengerak justru memberi tantangan bagaimana bisa menjadi penggerak secara internal dan eksternal.  Karena pada akhirnya sekolah pengerak harus bisa menggerakkan satuan pendidikan lainnya untuk melakukan terobosan terobosan, berkreasi dan berinovasi,” kata Kepala SD Inpres Kaiwatu, Revly Saerang kepada Prosulut.Com di ruang kerjanya belum lama ini.

Pada intinya, kata Kepsek energik nan visioner ini, sekolah pengerak wajib memaksimalkan penerapan Profil Pelajar Pancasila untuk mendapatkan anak didik yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, mandiri, berdemokrasi dan ber kebhinekaan global.

Untuk memanjakan para peserta didik maupun staf pengajar SD Inpres Kaiwatu terus menata lingkungan sekolah.

Untuk itulah, sekolah penggerak wajib menciptakan projeck-projeck terkini yang merupakan buah pikiran dan buah karya anak didik yang dikembangkan dengan tuntunan para guru di bidangnya.

Contoh kecil merakit bel/lonceng yang merupakan projeck yang diciptakan oleh para siswa dan dikembangkan dengan tuntunan tenaga pendidik. Bel rakitan tersebut sudah digunakan di beberapa sekolah.

“Salah satu Projeck inilah yang menghantar SD Inopres Kaiwatu bisa ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayan menjadi sekolah penggerak,” ungkap lelaki low profile ini memebri penjelasan.

Selain itu, ada beberapa projeck yang akan dikembangkan antara lain daur ulang sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat. “Artinya barang bekas yang sudah menjadi sampah diolah kembali menjadi barang yang berharga,” ujar Saerang yang baru saja mengikuti Lokakarya Sekolah pengerak selama beberapa pekan.

Begitu juga nantinya akan dibuat projeck membuat kuliner ciri khas Sulawesi Utara atau Manado. Misalnya membuat tinutuan atau bubur Manado.

Nah, selama ini anak-anak hanya tau makan tinutuan, tetapi mereka belum tau cara membuatnya dan bahan-bahan apa yang digunakan. “Nantinya anak didik akan dikenalkan cara membuat tinutuan dan mengolah dari bahan-bahan yang biasa digunakan,” ungkapnya terus terang.

Dengan sentuhan tangan dingin Revli Saerang, SDN Inpres Kaiwatu kini terus melejit dan makin dikenal serta kian diminati oleh orang tua. Tak heran kalau Kespsek kini kewalahan menampung arus siswa yang masuk SD Inpres Kaiwatu. “Banyak siswa baru pindahan yang terus berdatangan. Menolak tidak enak karena semua anak wajib belajar,” tukasnya.

Pada penerimaan siswa baru tahun 2022 ini, SD Inpres kebanjiran pendaftar sehingga untuk kelas satu bisa mencapai 3 Rombel. “Saat ini jumlah siswa mencapai 355 orang dan 335 sudah masuk dapodik. Sementara sisanya belum karena siswa pindahan yang sementara melengkapi berkas,” jelas Saerang.

Salah satu penyebab SD Inpres Kaiwatu makin diminati adalah penerapan disiplin yang ketat bagi siswa, guru dan orang tua murid. “Lingkungan sekolah dibuat steril, begitu lonceng berbunyi orang tua dilarang masuk lingkungan sekolah. Mereka boleh masuk saat jam istirahat untuk bawa makanan atau lain sebgainya,” tegasnya.

Begtui juga dengan cara berpakain siswa harus rapih, orang tua yang mengantar anaknya juga harus berpakaian rapih karena berada di lingkungan sekolah tempat mendidik anak-anak menjadi lebih baik.  Maka guru dan orang tua harus memberi contoh tentang sopan santu dan disiplin,” kata Saerang lagi. (meldi sahensolar)       

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *